Jumat, 26 Juli 2013

Taurat, Zabur dan Injil


A. Kitab Taurat
Kitab Taurat adalah kumpulan firman-firman Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Musa as. Kitab ini berlaku hanya bagi Nabi Musa as. dan Bani Israil. Firman Allah SWT. “Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al Kitab (Taurat) kepada Musa. ” (QS. Al Baqarah: 87). “Dan Kami berikan kepada Musa kitab Taurat dan Kami jadikan kitab Taurat petunjuk bagi Bani Israil.” (QS. Al Isra’: 2).
Kitab Taurat ini hanyalah salah satu bagian dari Kitab suci agama Yahudi yang disebut Biblia/Al Kitab (terdiri dari Thora, Nabiin, dan Khetubiin). Di kemudian hari orang Kristen menamainya Perjanjian Lama (Old Testament). Konon Taurat yang tertuang dalam Perjanjian Lama tersebut berasal dari Nabi Musa as. dan dibagi menjadi lima kitab:
1. Kitab Kejadian (Genesis) yang mengisahkan kejadian alam semesta, kejadian Adam dan Hawa serta dikeluarkannya mereka dari surga, dan turunnya Adam , dan sejumlah Nabi sampai Yusuf as.
2. Kitab Keluaran (Exodus) yang mengisahkan tentang keluarnya Bani Israil dari Mesir yang dipimpin Nabi Musa as. akibat penindasan Fir’aun, keberadaan Musa di Padang Tih, Semenanjung Sinai selama 40 tahun, munajat Musa as. terhadap Yahwe (Allah SWT), sampai turunnya Sepuluh Perintah.
3. Kitab Imamat (Leviticus) yang berisi kumpulan hukum/syariat dalam agama Yahudi.
4. Kitab Bilangan (numbers) yang menerangkan jumlah keturunan dua belas Bani Israil pada zaman Nabi Musa as.
5. Kitab Ulangan (Deuteronomy) yang berisi pengulangan kisah kepergian Bani Israil dari Mesir dan pengulangan kumpulan peraturan.
Kata Taurat berasal dari bahasa Ibrani: “Thora” yang berarti syariat atau hukum. Kitab Taurat itu sendiri memang diturunkan dalam bahasa Ibrani. Nama Taurat disebut dalam Al Qur’an sebanyak delapan belas kali. Isi pokok kitab ini adalah Sepuluh firman atau Perintah (Ten Commandements) Allah SWT yang diterima oleh Nabi Musa as. ketika berada di puncak gunung Thursina.
Sepuluh Firman atau Perintah yang mencakup asas-asas akidah (keyakinan) dan asas-asas syariat (kebaktian) itu termuat dalam kitab Keluaran pasal 20: 1-17 dan Kitab Ulangan pasal 5: 1-21. Sepuluh Perintah Allah SWT tersebut sebagai berikut:
1. keharusan mengakui ke-Esa-an Allah dan mencintai-Nya.
2. larangan menyembah patung atau berhala, sebab Alllah SWT tidak dapat diserupakan dengan makhluk-makhluk-Nya baik yang ada di langit, di darat, maupun di air.
3. perintah menyebut nama Allah SWT dengan hormat
4. perintah memuliakan hari Sabat (sabtu)
5. perintah menghormati ayah-ibu
6. larangan membunuh sesama manusia
7. larangan berbuat cabul (mendekati zina)
8. larangan mencuri
9. larangan berdusta (menjadi saksi palsu)
10. larangan berkeinginan memiliki atau menguasai barang orang lain dengan cara yang tidak benar.
Selain Sepuluh Firman atau Perintah Allah SWT tersebut, Nabi Musa as. juga menerima wahyu lain tentang cara melaksanakan sholat, berqurban, upacara, dan lain sebagainya. Dalam menyiarkan ajaran tersebut, Nabi Musa as., dibantu oleh saudaranya, Nabi Harun as.
Hanya saja, yang patut disesalkan, beberapa waktu lamanya setelah Nabi Musa as. wafat, isi kitab Taurat telah diubah oleh pemuka Yahudi. Sebagian firman Allah SWT dalam kitab tersebut mereka gelapkan, sebagaimana telah diberitakan oleh Allah SWT dalam Al Qur’an. “Dan mereka tidak memuliakan Allah dengan kemuliaan yang semestinya saat mereka berkata: “Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia.” Jawablah (ya Muhammad): “Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembarann-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebagiannya) dan kamu sembunyikan sebagian besarnya, padahal telah diajarkan apa yang kamu dan bapak-bapak kamu belum ketahui.” Katakanlah: “Allah (telah menurunkannya)”. Kemudian biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya.” (QS. Al An’am: 91) Maksudnya Nabi Muhammad saw disuruh meninggalkan orang-orang yang mempermainkan agama setelah menyampaikan petunjuk yang benar.
Di antara isi Kitab Taurat yang diubah adalah tentang kerasulan Muhammad dan sifat-sifatnya. Firman Allah SWT. “Apakah kamu (umat Muhammad) masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal sebagian mereka telah mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 75) Ayat ini menegaskah bahwa di antara orang Yahudi ada yang mengubah isi Taurat, antara lain yang berhubungan dengan kerasulan Muhammad saw.
Setelah adanya perubahan isi dalam kitab Taurat tersebut, masihkah kita wajib mempercayainya? DSalah satu cara menyikapi kitab Taurat seperti yang diterangkan dalam Ensiklopedi Islam Indonesia karya Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta: Djambatan, 1992.
“… Oleh karena itu keimanan umat Islam dengan Taurat sebagai satu di antara kitab-kitab suci yang diwahyukan sebelum Al-Qur’an, sudah cukup dalam bentuk membenarkan berita Al-Quran dan hadits Nabi, bahwa dulu Nabi Musa menerima firmann-firman Tuhan, yang dinamakan dengan Taurat. Sebagian firman-firman yang disampaikan kepada Musa itu disebutkan dalam Al-Quran dan apa yang disebutkan Al-Quran itu tentu dipercaya sebagai bagian dari kandungan Taurat”.
B. Kitab Zabur
Kitab Zabur adalah kumpulan firman Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Dawud as. Firman Allah SWT. “Dan Kami berikan (kitab) Zabur kepada Dawud.” (QS. Al Isra’: 55)
Kata zabur (bentuk jamaknya zubur) berasal dari zabaraayazburu-zabr yang berarti menulis. Makna aslinya adalah kitab yang tertulis. Zabur dalam bahasa Arab dikenal dengan sebutan mazmuur (jamaknya mazamir), dan dalam bahasa Ibrani disebut mizmor (nyanyian rohani yang dianggap suci).
Kitab Zabur berisi kumpulan mazmur, yakni nyanyian rohani yang dianggap suci (Inggris: Psalm) yang berasal dari Nabi Dawud as. 150 nyanyian yang terkumpul dalam kitab ini berkisah tentang seluruh peristiwa dan pengalaman hidup Nabi Daud as. mulai dari mengenai kejatuhannya, dosanya, pengampunan dosanya oleh Allah, sukacita kemenangannya atas musuh Allah, kemuliaan Tuhan, sampai kemuliaan Mesias yang akan datang. Jadi kitab ini sama sekali tidak mengandung hukum-hukum atau syariat (peraturan agama), karena Nabi Dawud as. diperintahkan oleh Allah SWT mengikuti peraturan yang dibawa oleh Nabi Musa as.
Secara garis besarnya, nyanyian rohani yang disenandungkan oleh Nabi Daud as. terdiri dari lima macam:
1. ratapan dan doa individu;
2. ratapan-ratapan jamaah;
3. nyanyian untuk raja;
4. nyanyian liturgy kebaktian untuk memuji Tuhan; dan
5. nyanyian perorangan sebagai rasa syukur.
Nyanyian pujian dalam Kitab Zabur antara lain, Mazmur:146
1. besarkanlah olehmu akan Allah. Hai Jiwaku pujilah Allah.
2. maka aku akah memuji Allah seumur hidupku, dan aku akan nyanyi pujian-pujian kepada Tuhanku selama aku ada.
3. janganlah kamu percaya pada raja-raja atau anak-anak Adam yang tiada mempunyai pertolongan.
4. maka putuslah nyawanya dan kembalilah ia kepada tanah asalnya dan pada hari itu hilanglah segala daya upayanya.
5. maka berbahagialah orang yang memperoleh Ya’qub sebagai penolongnya dan yang menaruh harap kepada Tuhan Allah.
6. yang menjadikan langit, bumi dan laut serta segala isinya, dan yang menaruh setia sampai selamanya.
7. yang membela orang yang teraniaya dan yang memberi makan orang yang lapar. Bahwa Allah membuka rantai orang yang terpenjara.
8. dan Allah membukakan mata orang buta, Allah menegakkan orang yang tertunduk, dan Allah mengasihi orang yang benar.
9. bahwa Allah akan berkerajaan kelak sampai selamaalamanya dan Tuhanmu, hai Zion! Zaman berzaman. Besarkanlah Allah olehmu.
Mazmur (nyanyian rohani yang dianggap suci) itulah yang kini dimuat dalam Perjanjian Lama. Menurut Dr. F.L. Bakker, pendeta Kristen dari Belanda dan penulis buku Sejarah Kerajaan Allah (judul aslinya: Geschiedenis der Gods Openbaring) dari 150 nyanyian rohani dalam Perjanjian Lama itu, hanya 73 di antaranya yang berasal dari Nabi Dawud as. (yakni mazmur 3-9, 11-32, 34-41, 51-65, 68-70, 86, 101, 103, 108-110, 122, 124, 131, 138-145). Selebihnya adalah mazmur dari putra-putra Korah (yaitu mazmur: 42, 44-49, 84, 85, 87, 88), mazmur Asaph (50, 73-83), mazmur Ma’a lot (120-134), dan mazmur Haleluyah (104-106, 111-113, 115-117, 135, 146-150).
C. Kitab Injil
Injil adalah kitab yang berisi firman-firman Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Isa as. (Yesus Kristus), putra dari Maryam. Firman Allah SWT. “Dan Kami telah memberikan kepadanya kitab Injil, di dalamnya (berisi) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab sebelumnya, yaitu Kitab Taurat, serta menjadi petunjuk dan pengajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Maidah: 46)
Kata Injil semula berasal dari bahasa Yunani euangelion yang berarti kabar gembira. Kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab menjadi Injil. Makna dari kabar gembira yang dimaksud adalah karena Nabi Isa as. menggembirakan para umatnya dengan berita akan kedatangan Muhammad saw sebagai utusan Allah SWT yang terakhir untuk seluruh alam. Nabi Isa as. mengajarkan Injil kepada para pengikutnya hanya selama tiga tahun. Tepatnya sejak usia 30 sampai usia 33 tahun. Lalu ia diangkat/diselamatkan oleb Allah SWT dari pengejaran kaum Yahudi yang ingin menyalibnya.
Dalam berdakwah Isa almasih dibantu oleh dua belas orang muridnya yang dalam Islam dikenal dengan sebutan Hawariyyun (murid-murid Nabi Isa yang sangat setia). Mereka ialah:
1. Andreas
2. Simon Petrus
3. Barnabas
4. Matius
5. Yahya bin Zabdi
6. Ya’kub bin Zabdi
7. Thadeus
8. Yahuda
9. Bartholomeus
10. Pilipus
11. Ya’kub bin Alpius
12. Yahuda Iskariot
Isi yang terkandung dalam Injil ini berbeda dengan kitab-kitab terdahulu. Kitab Taurat mengajarkan tentang Tauhid (ke-Esa-an Allah SWT), dan Kitab Zabur mengajarkan puji-pujian (zikir dan doa) kepada Allah SWT, sedangkan Injil mengajarkan tentang pembersihan jiwa-raga dari kekotoran (nafsu duniawi). Dengan kata lain, Injil mengajak manusia untuk hidup zuhud, yakni pola hidup yang tidak mengutamakan hal-hal yang bersifat duniawi.
Sebagai umat Islam kita wajib mempercayai bahwa Injil merupakan kitab dari Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Isa as. Akan tetapi umat Kristen berpendapat lain. Menurut mereka, Injil adalah kisah atau laporan yang disusun oleh para pengikut Isa Almasih tentang kehidupan Almasih, termasuk tentang pengajarannya kepada Bani Israil atau Bangsa Yahudi agar mereka beragama secara benar.
Penting untuk kita ketahui, bahwa Injil yang beredar sekarang ini berbeda dengan aslinya. Kalau begitu dari manakah Injil yang ada saat ini? Tidak lain karya orang-orang Yahudi yang ditulis beberapa waktu lamanya setelah Nabi Isa as. wafat. Pada mulanya beredar puluhan Injil, namun dalam Synodes (muktamar gereja-gereja) di Nicaea, – suatu tempat di Asia Kecil, dekat Konstantinopel – pada tahun 325 M yang diadakan oleh Kaisar Constantinus, diputuskan hanya empat injil yang sah.
1. Injil Matius karya Santo Matius yang disebut juga Lewi anak Alpius, seorang Yahudi yang mula-mula bekerja sebagai pegawai pemungut pajak.
2. Injil Markus karya Markus bin Maryam. Sesungguhnya Markus adalah nama gelar, sedangkan namanya sendiri adalah Yohana atau Yahya. Semula ia seorang beragama Yahudi, kemudian masuk Kristen di tangan Petrus. Riwayat lain mengatakan bahwa penulis Injil Markus adalah guru markus, ialah Petrus.
Markus adalah kemenakan dari Barnabas, yang juga penulis Injil. Berdua mereka mengembara (untuk berdakwah) mengabarkan Injil ke Roma, Afrika Utara dan akhirnya menetap di Mesir. Ia meninggal dunia karena dibunuh oleh para penyembah berhala pada tahun 62 M.
Markus, menurut Ibnu Batrik yang juga penulis Masehi, tidak mengakui ketuhanan Yesus. Pahamnya ini diikuti oleh pemeluk Nasrani di daerah dakwahnya seperti Afrika Utara, Mesir, dan Habsy. ltulah sebabnya Najasi, Raja Habsyi pada masa Nabi Muhammad saw. juga percaya sepenuhnya bahwa Isa anak Maryam bukanlah Tuhan, melainkan Nabi dan Rasul sebagaimana Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul Tuhan yang lain.
3. Injil Lukas dikarang oleh Lukas, seorang tabib kelahiran Antiokia, Yunani. Sumber lain mengatakan, bahwa ia seorang tukang gambar. Ia murid Paulus, dan keduanya tidak pernah bertemu dengan Yesus. Dengan demikian baik Lukas maupun Paulus bukanlah murid Yesus.
4. Injil Yahya. Menurut Encyclopedia Britanica, Injil Yahya ditulis pada tahun 100 M oleh seorang ketua Gereja bernama Yahya atau John the Presbyter yang tinggal di Episus. Jelaslah bahwa Injil Yahya bukan karya Yahya bin Zabid Murid Yesus, sebab ia terbunuh pada tahun 70 M.
Prof. Stadlein menegaskan bahwa Injil Yahya dikarang oleh seorang mahasiswa dari perguruan Iskandariyah pada abad kedua masehi. Pendapat inilah yang cukup beralasan. Mengapa? Injil Yahya mengajarkan ketuhanan Yesus, di mana ajaran tersebut mula-mula datang dari mazab Iskandariyah yang kemudian disahkan oleh Kongres Nicea pada tahun 325 M semasa Kaisar Constantinus.
Yang jelas Injil Yahya sengaja ditulis untuk menegaskan tentang ketuhanan Yesus. Tentang sejarah penulisan Injil Yahya ini lebih lengkap dan jelas diterangkan dalam buku Kuliah Aqidah Lengkap karya Drs. Humaidi Tatapangarsa (terbitan Bina Ilmu, Surabaya).
Bahwa Injil Yahya mengajarkan ketuhanan Yesus memang dapat dimaklumi, sebab ia ditulis oleh pengarangnya memang untuk tujuan itu atas desakan dari orang-orang disekitarnya.
Seorang penulis Masehi dari Libanon, Jerjis Zuwen mengatakan: “Sesungguhnya Syirbantus dan Abisu beserta pengikut mereka di waktu mengajarkan agama Masehi berpendapat bahwa Al-Masih tidak lain adalah seorang manusia dan dia tidak ada sebelum ibunya Maryam. Oleh karena itu pada tahun 96 M berkumpullah semua pendeta Asia dan lain-lain di tempat Yahya. Mereka mengharapkan agar Yahya menulis tentang Al-Masih dan menyerukan sebuah Injil yang belum ditulis oleh ahli-ahli Injil yang lain. Lalu ditulisnya dengan cara tersendiri tentang ketuhanan Allsih.”
Penulis Masehi lainnya, Yusuf Al-Dubai Al-Khauri menerangkan pula. “Sesungguhnya yahya mengarang Injilnya pada penghabisan hidupnya atas permohonan pendeta-pendeta Asia. Penyebabnya adalah karena di sana terdapat beberapa golongan yang mengingkari ketuhanan Masih. Mereka meminta kepadanya agar ditegaskan ketuhanan Al-Masih itu dan disebutkan apa-apa yang ditinggalkan oleh Matius, Markus dan Lukas dalam Injil-injil mereka.”
Jadilah Injil Yahya adalah satu-satunya Injil – di antara keempat Injil – yang diakui sah oleh kalangan gereja, yang secara tegas mengajarkan ketuhanan Yesus.
Injil-injil selain yang keempat itu dinyatakan sebagai injil Apocrypha (injil-injil yang tidak sah, yang dilarang terbit dan harus dimusnahkan). Injil-injil yang dinyatakan tidak sah tersebut, antara lain:
1. Injil Andreas
2. Injil Apeles
3. Injil Barnabas
4. Injil Duabelas
5. Injil Ebionea
6. Injil Ibrani
7. Injil Marcion
8. Injil Maria
9. Injil Mathias
10. Injil Nicodemus
11. Injil Orang-orang Mesir
12. Injil Philip
13. Injil Thomas
14. Injil Yakobus
15. Injil Yudas Iskariot
Sebagai umat Islam, bagaimanakah seharusnya kita menyikapi keempat Injil (karya Matius, Markus, Lukas, dan Yahya) yang ada sekarang ini? Umat Islam cukuplah mempercayai bahwa Allah SWT pernah menurunkan Kitab Injil kepada nabi Isa as. Akan tetapi Injil yang murni atau benar-benar berisi kumpulan firman Allah SWT kini sudah tidak ada lagi. Maka kita sebagai umat Islam dilarang mempercayai isi keempat Injil tersebut.
Ditegaskan dalam Ensiklopedi Islam Indonesia karya Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta: Djambatan, 1992.
Berdasarkan keterangan Al Qur’an dan dengan menganalogikan Injil dengan Al Qur’an, maka umat Islam memandang bahwa Injil yang seharusnya menjadi pegangan umat Kristen haruslah satu versi seperti Al Qur’an, ia harusiah merupakan himpunan murni firman-firman Tuhan yang diwahyukan kepada Nabi Isa AI-Masih dan kemudian ia sampaikan kepada para pengikutnya. Injil itu seharusnya berbahasa Aramea, karena Nabi Isa Almasih dan kaumnya berbahasa Aramea.
Di antara semua Injil yang tersebut di atas – baik yang sah maupun tidak – sesungguhnya Injil Barnabas yang menarik perhatian, terutama bagi umat Islam. Isi Injil Barnabas banyak persamaannya dengan yang diberitakan Al-Quran. Sebab dalam kitab tersebut, antara lain, diterangkan juga:
1. Yesus tidak disalib, yang disalib sebenarnya Yudas Iskariot yang telah diserupakan oleh Tuhan – rupa dan suaranya – dengan rupa dan suara Yesus. Sedang Yesus sendiri loncat bersama malaikat dan terus diangkat ke hadirat Allah SWT (Pasal 215, 216, dan 217).
2. Yesus bukan anak Allah, bukan pula Tuhan, tetapi seorang Rasul (utusan) Allah.
3. Bahwa putra Nabi Ibrahim as. yang akan disembelih karena perintah Allah SWT adalah Ismail, bukan Ishaq seperti yang tersebut dalam Perjanjian lama yang ada sekarang ini.
4. Mesias (yang dimaksudkan di sini “pembebas dunia” atau “juru selamat”) atau Almasih yang dinanti-nantikan itu bukan Yesus akan tetapi Muhammad, Nabi dan Rasul Allah yang terakhir.
Hanya saja, yang patut disesalkan, Injil Barnabas oleh pihak Gereja digolongkan sebagai Injil yang tidak sah, sehingga ditarik dari peredaran dan dimusnahkan. Tetapi pada tahun 1709, Cremer Toland, seorang penasihat Raja Prusia menemukan naskah tertua Injil Barnabas dalam bahasa Italia yang semula tersimpan rapi di perpustakaan seorang terkemuka di Amsterdam. Dari naskah berbahasa Itali itulah dibuat terjemahannya ke bahasa lain seperti bahasa Inggris, Spanyol dan Arab.
Penerjemahan Injil Barnabas dari bahasa Itali ke Bahasa Arab dilakukan oleh Dr. Kholil Sa’adah pada tahun 1908 dan dimuat dalam majalah Al Manar terbitan Mesir. Datl Injil Barnabas berbahasa Arab itulah, Husein Abubakar dan Abubakar Basymeleh menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia.

0 Komentar: